Minggu, 28 Maret 2010

China Banyak Serang Internet di Indonesia

kapanlagi.com-Indonesia Security Incident Response Team of Internet Infrastructure (Id-SIRTII) menyatakan 1,1 juta serangan perhari melanda infrastruktur internet di Indonesia dengan jumlah serangan terbanyak dari China.

"Tapi, serangan jaringan internet dari Indonesia ke negara lain justru mencapai tiga juta dengan jumlah sasaran serangan terbanyak adalah Malaysia," kata Ketua Id-SIRTII Prof Richardus Eko Indrajit dalam seminar keamanan informasi di Surabaya, Kamis.

Di hadapan peserta seminar bertajuk Pengamanan Infrastruktur Internet Indonesia di kampus PENS ITS Surabaya, ia mengatakan banyaknya hacking (serangan) terhadap internet di Indonesia itu sejalan dengan beredarnya 48 judul buku tentang hacking.

"Masalahnya, hanya ada dua judul buku tentang pengamanan dari serangan internet, karena itu pemerintah akhirnya mendirikan Id-SRITII setelah terjadinya hacking pada jaringan internet KPU, sehingga nama partai pun berubah menjadi nama buah, seperti partai jambu," katanya.

Bahkan, katanya, hacking yang muncul saat ini sudah bukan lagi untuk bermain, menggoda, berkelakar, hiburan, dan sejenisnya, namun motif penyerang sekarang sudah masuk kepentingan ekonomi.

"Padahal, keamanan internet itu sifatnya berantai, sehingga bila ada satu saja yang dapat dibobol, maka kemungkinan pembobolan akan lebih banyak lagi," katanya.

Senada dengan itu, koordinator Komunitas Keamanan Informasi (KKI) Gildas Deograt Lomy menyatakan hacking itu ada lima jenis yakni e-banking, malware, pemerkosaan virtual, mobile device, dan targetted attack.

"E-banking memang mendorong munculnya cyber crime, karena itu masyarakat hendaknya segera mengganti pin bila berada di tempat pengambilan uang yang meragukan, kartu debit yang hanya memakai tanda tangan, hindari kartu multifungsi untuk debet dan kredit, serta saldo jangan terlalu besar," katanya.

Untuk mobile device merupakan hack terhadap ponsel, laptop, dan USB untuk mencuri data-data penting, sedangkan targetted attack merupakan spionase untuk mencuri dokumen rahasia pada suatu negara.

"Pemerkosaan virtual juga mulai marak dengan korban anak-anak dan perempuan, karena korban membutuhkan uang, tapi sesungguhnya dia akan mengalami kerusakan mental, sedangkan malware berbentuk hack virus, worms, spyware, dan sebagainya," katanya.

Terkait serangan dari negara lain, ia mengatakan hal itu merupakan targetted attack yang bersifat spionase untuk mendapatkan data atau dokumen tentang sumber daya alam pada negara lain.

"Ada juga yang sekedar emosional seperti kita dengan Malaysia, tapi kalau hacking dari negara lain kayaknya serius untuk tujuan ekonomi," katanya.

Sementara itu, Direktur Telekomunikasi Depkominfo Dr Titon Dutono saat membuka seminar itu menegaskan bahwa kriminalitas di dunia komputer akhir-akhir banyak terjadi.

"Banyak situs/laman di-hack, kartu kredit disalahgunakan orang lain dengan kerugian Rp5 miliar, SMS banking yang merugikan nasabah hingga Rp100 juta lebih," katanya.

Oleh karena itu, katanya, adanya hukum yang mengatur keamanan komputer seperti UU ITE merupakan upaya untuk melindungi kepentingan publik.

Selain itu, pemerintah mendirikan Id-SIRTII untuk membantu Dewan Keamanan TIK Nasional (DeTIKnas) dalam memberikan pemahaman dan penyadaran serta bantuan teknis kepada masyarakat untuk pengamanan internet.

0 komentar:

Posting Komentar