Minggu, 28 Maret 2010

KKI Beri Nilai 5 Keamanan Internet Indonesia

Komunitas Keamanan Informasi (KKI) memberi nilai 5 untuk tingkat keamanan jaringan internet di Indonesia dari hacking (serangan).

"Keamanan jaringan internet di Indonesia itu rendah, kalau saya beri nilai 5 itu sudah bagus," kata koordinator KKI, Gildas Deograt Lomy, di Surabaya, Kamis.

Ia mengemukakan hal itu setelah berbicara dalam seminar keamanan informasi bertajuk "Pengamanan Infrastruktur Internet Indonesia" di kampus PENS ITS Surabaya.

Menurut Gildas, keamanan jaringan internet yang masih rendah di Indonesia itu mendorong maraknya cyber crime (kriminalitas di dunia maya).

"Kejahatan di dunia maya itu sama persis dengan kejahatan yang terjadi di dunia realitas. Bedanya, kejahatan di dunia maya seringkali tidak diketahui orang tua," katanya.

Penggagas KKI itu menegaskan bahwa sebagian besar orang tua mengetahui adanya kejahatan di dunia maya yang melibatkan anaknya atau keluarganya setelah muncul di media massa atau pengadilan.

"Cara menyikapi kejahatan itu juga mirip, orang tua juga sering menutupi kejahatan yang menimpa anaknya di dunia maya," katanya.

Kejahatan di dunia maya, katanya, ada lima jenis yakni e-banking, malware, pemerkosaan virtual, mobile device, dan tergetted attack.

"E-banking itu kejahatan perbankan terkait pembobolan pin, penyalahgunaan kartu debit dan kredit, sedangkan mobile device itu merupakan hack terhadap ponsel, laptop, dan USB untuk mencuri data-data penting," katanya.

Untuk targetted attack merupakan spionase untuk mencuri dokumen rahasia pada suatu negara, sedangkan malware berbentuk hack virus, worms, spyware, dan sebagainya.

"Kalau pemerkosaan virtual juga mulai marak dengan korban anak-anak dan perempuan, tapi di Indonesia masih tahap pelecehan, seperti chatting dengan tiba-tiba telanjang sebagian," katanya.

Dalam kasus pelecehan virtual itu, katanya, korban mungkin saja membutuhkan uang, tapi korban sesungguhnya akan mengalami kerusakan mental.

"Kejahatan di dunia maya juga ada yang berupa penyalahgunaan email untuk penipuan. Pelaku mengirim email yang seolah-olah dari kantor tertentu, tapi palsu," katanya.

Senada dengan itu, Wakil Ketua Id-SIRTII (Indonesia Security Incident Response Team of Internet Infrastructure) Muhammad Salahuddin menyatakan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 45 juta.

"Itu sesuai laporan yang kami terima dari 300 provider (ISP) resmi, namun 80% trafik internet di Indonesia masih lemah dalam keamanan, karena itu Id-SIRTII melakukan pemantauan," katanya.

Untuk pemantauan itu, Id-SIRTII menempatkan 11 sensor pada sejumlah titik yang bekerja sama dengan tujuh provider (ISP) terbesar.

Selain itu, pihaknya membangun lima laboratorium yakni laboratorium pusat pelatihan untuk keamanan, laboratorium simulasi terjadinya insiden (hacking), laboratorium malware (program jahat), laboratorium honeynet dan data mining, dan laboratorium digital forensik.

"Hingga kini, hanya sedikit lembaga yang sudah menyadari pentingnya keamanan internet, di antaranya BI, Bank Mandiri, BCA, Bank Niaga, Bank Danamon, Pertamina, Garuda, PN Gas, Kementerian Pertambangan dan Energi, dan Sandi Negara," katanya.

0 komentar:

Posting Komentar